![]() |
Penulis: Drs. T Christian L Bengngu. STh . MM. |
Diera setelah Reformasi banyak orang orang tertentu yang
ingin berbicara apapun tanpa berpikir panjang sehingga asal bunyi, asal menilai
orang asal mengkritik tanpa melihat siapa yang dikriktik, apa lagi kalau tidak sealiran atau tidak sekubu dengan si
pengkritik maka sudah pasti si pengkritik bisa asal saja bunyi. Yah mungkin juga si pengkritik tidak pernah
hidup di kalangan Militer. Tentunya menganggap bahwa yang dikritik sama dengan
dirinya.
Prestasi di bidang kemiliteran bukanlah hal yang mudah
seseorang ditunjuk sebagai atasan atau sebagai Komandan ataupun Panglima tidak
semudah yang kita bayangkan dan sudah pasti dilihat dari prestasi sejak awal
penugasan perwira tersebut dan tidak sembarangan tahap tahap seleksi tersebut.
Semua aspek diperhatikan dan yang terutama apakah Perwira yang akan ditunjuk
tersebut memiliki Integritas dalam pengabdian kepada Tentara maupun kepada
bangsa dan negara. Menjadi seorang Panglima tidak mudah karena Dia harus
berdiri netral kepada semua anak buah atau bawahannya yang menganut berbagai
agama yang ada di Indonesia, serta tidak memihak kepada golongan atau politik.
Keberpihakan seorang Panglima hanya satu tegak lurus yaitu kepada Negara dan
Bangsa serta memberikan pengabdian yang
terbaik kepada Tentara , Negara dan Bangsa Indonesia. Terbaik dalam arti kata
memiliki Integritas dan mengutamakan kepentingan Bangsa serta seluruh rakyat
Indonesia. Karena TNI Merupakan Tentara Rakyat yaitu milik seluruh rakyat dan
Bangsa Indonesia bukan milik dari golongan tertentu atau aliran politik dari
golongan tertentu.
Jangankan menjadi Seorang Panglima , menjadi seorang
Prajurit di TNI saja tidak mudah , karena harus menjalani seleksi yang sangat
ketat baik dari segi Kesehatan , Fisik ,Psikologi maupun Mental Idiologi serta Test Potensi Akademik termasuk
didalamnya bahasa. Itu baru awal karena masih banyak lagi seleksi yang akan
ditempuh dari awal seorang prajurit tersebut lahir sebagai Prajurit yang rela
berkorban segalanya termasuk nyawa sekalipun. sampai masa purna dinasnya.
Itulah perbedaan antara rakyat biasa dan Seorang prajurit.
Sehingga yang saya mau katakan tidak mudah menjadi seorang
prajurit apalagi menjadi seorang Panglima Kostrad, Sehingga jangan lagi ada
pandangan bahwa jadi seorang Pangkostrad tidak berdasarkan Prestasi yang
dimiliki. Anggapan yang sangat salah tersebut tidak perlu lagi ada dan diada
adakan. Belum tentu yang mengatakan menjadi Pangkostrad tidak punya prestasi.
Karena narasi tersebut merupakan Narasi yang tidak pantas . Karena apa urusannya
bagi orang orang yang membangun narasi tersebut. Marilah kita menilai segala
sesuatu secara arif dan bijak serta intelektual dan ilmiah. Jangan asal bunyi
atau bicara karena dari pendapat yang diucapkan akan memperlihatkan kualitas
diri sebenarnya.
Semoga kita semakin cerdas dalam menyikapi segala sesuatu
yang terjadi di negara kita ini.
Penulis :
Drs. T Christian L Bengngu. STh . MM.
Pengamat Politik dan Sosial Masyarakat.
Pembina Media On Line Indonesia DPC KOTA Kupang Prov NTT