Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Derai Airmata Lamaholot Adalah Duka Kita

Kamis, 07 November 2024 | November 07, 2024 WIB Last Updated 2024-11-07T01:40:44Z

puisi_lewotobi_sudarjo


PUISI

Derai Airmata Lamaholot Adalah Duka Kita

...........

Kelamnya malam tersulut Kantuk yang mendera,


Pelupuk sayu menawar sejuta mimpi untuk menjemput pagi


Raga mengukur dipan, rebah mulai mengukir asa esok


Sang bayi dalam pelukan, usai suapan nasi jagung 


Merintih ingin berpeluk rasa, dalam dekapan himpun tangan ayah dan bunda 


Gemuruh melolong tengah malam, pekik membahana tiap sudut kampung 


Pijaran merah menyala berkobar, terhempas jatuh meniti raga hingga luka


Pasir beraksi ganas, menghantam payung rumah ramai mengejutkan


Bongkahan batu besar melayang turun hingga ke bilik cinta


Debu berserak membutakan netra 


Hiruk pikuk berlari lupa jalan, kemana harus melangkah untuk berlindung


Atap tempat bersenda gurau, harus peot berlubang iris


Kamar cinta harus berganti duka lara mendera

 

Ruang kopi harus berubah oleh kubangan darah 


Runtuh atap berhimpit dinding

Tiang koyak lantai berdebu

Oleh geramnya lelaki tangguh, menaruh amarah murkan


Menyemburkan kerikil tajam hingga melukai raga


Membongkar panasnya lahar, hingga terbakar beringas sekujur tubuh


Menumpahkan belati tajam hingga mengoyak jiwa Tuhan menjemput 


Mendorong kandungan bara hingga berjejer peti kematian


Air mata terus menetes tak padam kering


Hati merintih letih terus mengulang, entah kapan bisa menghilang


Ucapan doa dan kekuatan rapi hadir berdatangan, untuk terus kuat dan ikhlaskan, belasungkawa terucap mengiring perginya pujaan ke haribaan Tuhan 


Duka Lamaholot adalah luka kita, luka mereka adalah duka kita. Bila Flotim sakit Lembata bahkan Papua merasakan. Karena kita adalah satu Nusantara. 


Ibarat satu tubuh, yang satu sakit, yang lain turut merasakan. 


Bening yang mengalir tangis,  merintih tak berujung. Luka menganga, nanah meradang hingga ke jiwa. Derai airmata Lamaholot adalah duka kita sejagat raya


Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak. Bangkit untuk kita, kita untuk mereka.


Karya: Sudarjo Abd. Hamid

 (Penulis, Jurnalis, Guru, Cerpenis Menetap di Lembata NTT)