![]() |
Penulis: Drs. Muhammad Shaleh Gawi (Pengamat Hukum) |
MATALINENEWS.ID- Agenda Baranusa Guo Bale (ditinjau dari perspektif sosiologi filsafat)
Pada hakekatnya semua makhluk terutama manusia akan kembali ke titik awal dalam suasana hati yang senang.
Secara kodratis siklus itulah yang sedang berjalan untuk semua organisme hidup, daun-daun yang segar ketika mereka dari kelopak akan menjalani siklus panjang setelah membantu menyerap air dan sinar matahari guna mendukung tumbuh kembang induk semangnya, daun-daun itu akan jatuh kembali ke tanah tempat di mana dia dahulu tumbuh lalu remuk bergolat dengan tanah kemudian kembali menjadi pupuk bagi kehidupan selanjutnya.
Demikian juga air laut dia bergerak dalam wujud arus dan gelombang menuju pantai serta menghias di pantai dengan deburan dan buih-buihnya, air laut itu kembali lagi ke laut juga.
Fakta ini yang diangkat Igor Bray ketika ingin melukiskan siklus kehidupan manusia yang senantiasa tunduk kepada hukum besi kehidupan.
Kini warga Bernusa di perantauan kembali ke kampung halaman secara serempak bagai ujung tali yang berserahkan di mana-mana, kini kembali mencari simpul dan tentu saja kedatangan mereka dengan dan dalam suasana kebatinan yang riang gembira. Dengan tidak disadari kita sesungguhnya sedang menjalani siklus alamiah yang sudah pasti dilewati setiap organisme hidup.
Hakekatnya tema Baranusa Guo Bale adalah suatu personifikasi kerinduan timbal balik antara kampung halaman dan para perantau, dan kerinduan itu segera menguap seperti embun yang bergegas pergi setelah sinar pagi menampakan diri.
Suasana kebatinan seperti itulah yang dilukiskan dengan sangat puitis oleh sastrawan Suparji DJoko Damono.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadinya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Kini setelah tiba di pangkuan bunda, kerinduan itu luruh yang tersisa adalah gemuruh, gemuruh semangat untuk menambah bobot mana dengan peran-peran sosial ekonomi yang menandai kehadiran kami di sini di tanah mako Jawa.
Penulis: Drs. Muhammad Shaleh Gawi, SH.,MH
Editor: Fathur